Cinta Sejati
CINTA SEJATI
Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa Ta’ala semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba’du:
Kajian kita kali ini tentang firman Allah Azza wa Jalla dalam surat at-Taubah, mari kita memulai dengan membaca, baru setelahnya kita ambil faidah serta pelajaran yang bisa kita petik. Allah Ta’ala berfirman pada ayat yang ke 24:
قال الله تعالى: قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ [التوبة: 24]
“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah Shubhanahu wa Ta’ala dan Rasul –Nya dan dari berjihad di jalan -Nya, Maka tunggulah sampai Allah Shubhanahu wa Ta’ala mendatangkan keputusan –Nya”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. [at-Taubah/9: 24].
Allah Shubhanahu wa Ta’ala didalam ayat ini, menyuruh Rasul -Nya untuk menegur orang-orang yang lebih mendahulukan, keluarga, saudara dekat, sanak kerabat, dari pada Allah Shubhanahu wa Ta’ala dan Rasul -Nya serta berjihad dijalan -Nya.
Diawali dengan kata perintah kepada Nabi -Nya:
قال الله تعالى: قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ [التوبة: 24]
“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu”. [at-Taubah/9: 24].
Kemudian Allah Shubhanahu wa Ta’ala melanjutkan:
قال الله تعالى: وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا [التوبة: 24]
“Harta kekayaan yang kamu usahakan”. [at-Taubah/9: 24].
Artinya harta yang kamu usahakan bersusah payah dalam mencarinya.
Kemudian Allah Shubhanahu wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا [التوبة: 24]
“Perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya”.[at-Taubah/9: 24].
Artinya perniagaan yang kamu khawatirkan kerusakan serta kerugiannya. Dan ini mencakup segala jenis perniagaan, mencari harta dan beternak serta yang semakna dengan ini semua. Lalu Allah Shubhanahu wa Ta’ala melanjutkan:
قال الله تعالى: وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ [التوبة: 24]
“Dan tempat tinggal yang kamu sukai”. [at-Taubah/9: 24].
Yaitu lebih engkau sukai dan cintai karena bagusnya atau lainnya, maka jikalau itu semua:
قال الله تعالى: أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ [التوبة: 24]
“Adalah lebih kamu cintai dari Allah Shubhanahu wa Ta’ala dan Rasul –Nya dan dari berjihad di jalan nya”.[at-Taubah/9: 24].
Maka tunggulah apa yang akan kalian rasakan dari siksa dan hukuman, oleh karena itu Allah Shubhanahu wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ [التوبة: 24]
“Dan Allah Shubhanahu wa Ta’ala tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. [at-Taubah/9: 24].
Maksudnya orang-orang yang telah keluar dari garis taat kepada-Nya. Yang lebih mendahulukan kecintaan perkara yang tersirat dalam ayat dari pada Allah Shubhanahu wa ta’alla.
Syaikh Abdurahman as-Sa’di mengatakan ketika menafsirkan ayat mulia diatas: “Dan ayat mulia ini sebagai bukti paling nyata yang menjelaskan wajibnya mencintai Allah Shubhanahu wa Ta’ala dan Rasul -Nya. Lebih mendahulukan kecintaan pada keduanya dari pada kecintaan terhadap segala hal. Dengan adanya ancaman yang keras, bagi siapapun yang memasukkan perkara-perkara yang termaktub dalam ayat tersebut bahwa lebih ia cintai dari pada Allah Shubhanahu wa Ta’ala dan Rasul -Nya serta berjihad dijalan -Nya”. [1]
Ada banyak dalil yang mendorong kita untuk lebih mengedepankan rasa cinta kita pada Allah Shubhanahu wa Ta’ala dan Rasul -Nya, salah satunya dalam hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Zahrah bin Ma’bad dari kakeknya Abdullah bin Hisyam radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita:
كُنا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ عُمَرُ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا نَفْسِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ قَالَ عُمَرُ فَأَنْتَ الْآنَ وَاللَّهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْآنَ يَا عُمَرُ [أخرجه البخاري و مسلم]
“Pada suatu hari kami pernah bersama Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pada saat itu beliau sedang menggandeng tangan Umar bin Khatab. Umar berkata padanya: “Ya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, sungguh engkau adalah orang yang lebih aku cintai dari segala sesuatu, kecuali diriku”. Maka Nabi mengatakan: “Tidak, demi Dzat yang jiwa tanganku berada ditangan –Nya. Hingga menjadikan diriku lebih engkau cintai sampai dari dirimu”. Umar pun menjawab: “Sekarang, demi Allah engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri”. Nabi pun bersabda: “Sekarang wahai Umar (baru benar kecintaanmu)”. [ Bukhari no: 6632].
Pada hadits lain dijelaskan, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, hingga menjadikan diriku lebih ia cintai dari pada orang tua dan anaknya serta seluruh manusia”. [HR Bukhari no: 15. Muslim no: 44].
Pelajaran yang bisa kita petik dari ayat ini:
1. Orang yang cinta kepada Allah Shubhanahu wa Ta’ala dan Rasul -Nya, maka itu sebagai bukti akan kesempurnaan iman pemiliknya serta menekuni ajaran Islam.
Disebutkan dalam sebuah hadits yang menunjukan hal tersebut, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ» [أخرجه البخاري و مسلم]
“Tiga perkara, barangsiapa yang mempunyainya maka ia akan merasakan lezatnya iman; dirinya menjadikan Allah dan Rasul –Nya lebih ia cintai dari segala sesuatu. Dia mencintai seseorang yang kecintaannya tidak didasari kecuali karena Allah. Dan dirinya benci kembali pada kekufuran seperti halnya dia benci dilempar kedalam api neraka”. [HR Bukhari no: 16. Muslim no: 43].
2. Bahwa ketaatan kepada Allah dan RasulNya lebih didahulukan dari pada mentaati keluarga, harta benda dan anak.
Berdasarkan firman Allah Ta’ala :
قال الله تعالى: وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٖ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمۡرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلٗا مُّبِينٗا [الأحزاب: 36]
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul -Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul -Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata”. [al-Ahzab/33: 36].
3. Meninggalkan jihad dijalan Allah Shubhanahu wa Ta’ala lalu menyibukan diri dengan urusan dunia adalah penyebab kemurkaan -Nya dan turunnya kehinaan ditubuh kaum muslimin.
Dan faidah ini ayat lain, seperti yang telah Allah katakan dalam firman- Nya:
قال الله تعالى: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَا لَكُمۡ إِذَا قِيلَ لَكُمُ ٱنفِرُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱثَّاقَلۡتُمۡ إِلَى ٱلۡأَرۡضِۚ أَرَضِيتُم بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا مِنَ ٱلۡأٓخِرَةِۚ فَمَا مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ [التوبة: 38]
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit”. [at-Taubah/9: 38].
Sedangkan pendukung dalam hadits dikatakan, sebagaimana haditsnya Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لا ينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم » [أخرجه أبو داود]
“Apabila kalian telah jual beli dengan sistem riba, memegangi ekor-ekor sapi, lebih senang dengan pertanian, dan meninggalkan jihad, maka (pasti) Allah akan menimpakan pada kalian kehinaan, (dan itu) tidak akan terangkat sampai kalian kembali kepada urusan agama kalian”. [HR Abu Dawud no: 3462. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah 1/42 no: 11].
4. Bahwa bermalas-malasan untuk berangkat jihad termasuk salah satu ciri khasnya orang-orang munafik.
Seperti dijelaskan dalam banyak ayat, salah satunya dalam surat al-Imran, dimana Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: وَلِيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ نَافَقُواْۚ وَقِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ قَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَوِ ٱدۡفَعُواْۖ قَالُواْ لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالٗا لَّٱتَّبَعۡنَٰكُمۡۗ هُمۡ لِلۡكُفۡرِ يَوۡمَئِذٍ أَقۡرَبُ مِنۡهُمۡ لِلۡإِيمَٰنِۚ يَقُولُونَ بِأَفۡوَٰهِهِم مَّا لَيۡسَ فِي قُلُوبِهِمۡۚ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا يَكۡتُمُونَ [ال عمران: 167]
“Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. kepada mereka dikatakan: “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)”. mereka berkata: “Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu”. mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan”. [al-Imran/3: 167].
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ » [أخرجه مسلم]
“Barangsiapa yang meninggal lalu tidak pernah berperang, tidak pula ada keinginan dalam dirinya, maka dirinya mati dengan membawa bagian dari kemunafikan”. [HR Muslim no: 1910].
5. Beriman kepada Allah Shubhanahu wa Ta’ala dan Rasul -Nya serta berjihad dijalan –Nya termasuk sebab seorang hamba selamat dari siksa Allah azza wa jalla.
Berdasarkan ayat ini dan juga ayat lainnya, dimana Allah Ta’ala menegaskan dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ ١٠ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ [الصف: 10-11]
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul –Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. [ash-Shaaf/61 10-11].
Diperjelas lagi dalam sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari haditsny Abdurahman bin Jabr radhiyallahu ‘anhu, bahwa Beliau bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ » [أخرجه أحمد]
“Barangsiapa menggunakan kakinya untuk berjihad dijalan Allah, maka Allah mengharamkan baginya neraka”. [HR Ahmad 22/205 no: 14947].
6. Didalam ayat menjelaskan bahwa jihad merupakan amalan yang paling utama. Oleh karenanya, tidak keliru kalau Allah Shubhanahu wa Ta’ala menggandeng dengan kecintaan pada -Nya dan pada Rasul –
Berdasarkan ayat yang telah lalu, dimana Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ [التوبة: 24]
“Lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul –Nya dan dari berjihad di jalan -Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan –Nya”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. [at-Taubah/9: 24].
Disebutkan dalam sebuah hadits, yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ – والله أعلم بمن يجاهد في سبيله- كمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Perumpamaan seorang mujahid yang berperang dijalan Allah -dan Allah lebih tahu dengan orang yang berjihad dijalan –Nya- seperti halnya orang yang berpuasa dan sholat malam”. [HR Bukhari no: 2787. Muslim no: 1876].
7. Dalam ayat mengandung motivasi untuk berjihad dan anjuran untuk zuhud di dunia. Karena yang namanya keluarga, sanak kerabat, harta benda, perniagaan serta tempat tinggal semua itu hanyalah perhiasan dunia yang akan sirna.
Seperti banyak ayat, diantaranya firman Allah tabaraka wa Ta’ala :
قال الله تعالى: زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمََٔابِ [ ال عمران: 14]
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah -lah tempat kembali yang baik (surga)”. [al-Imran/3: 14].
Dalam ayat yang lain, masih dari surat yang sama Allah menyatakan:
قال الله تعالى: وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ – فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ وَيَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمۡ يَلۡحَقُواْ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ أَلَّا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ [ال عمران: 170]
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan -Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. [al-Imran/3: 169-170].
Akhirnya kita tutup kajian kita dengan mengucapkan segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa Ta’ala Rabb seluruh makhluk. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah Shubhanahu wa Ta’ala curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.
[Disalin dari تأملات في الآية: 24 من سورة التوبة Penulis Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2013 – 1434]
______
Footnote
[1] Taisir Karimur Rahman hal: 309.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/36225-cinta-sejati.html